Haaah, aku terlalu banyak terlena dengan ingatku, kali ini aku mau beranjak dari tempat ini, tak tau kemana yang penting aku bisa mencari tempat berteduh. Hari-hari yang aku lalui adalah hari yang penuh dengan sesuatu yang masih misteri, aku tak tahu kapan aku akan kembali pulang.
Entah mengapa kegagalanku seakan pudar dari ingatanku, aku melupakan nya, dan perasaan ini membuat aku merasa lebih tenang, apa yang membuat aku gelisah seakan tak ada lagi. "Ya", hari ini aku merasa lebih gembira, tanpa menyisakan kekecewaan yang berarti.
Hari yang indah dengan langit yang biru, pemandangan disebrang sana terlihat berjajar tukang sol sepatu dan beberapa tukang semir, mereka berjajar dengan rapi sederet dengan yang lainnya.
Aku berjalan sembari melihat tukang-tukang sol sepatu bekerja, tetiba terdengar suara aneh "Grubyak", beberapa orang langsung berkerumun, akupun ikut mengangkat seorang wanita bersepeda matic itu , sebuah kecelakaan tunggal.
Kuhantarkan ia ke rumah sakit terdekat bersama beberapa orang yang berada di dalam mobil pickup, tertulis Rumah Sakit PHC-Surabaya. Kami bersama mengangkat wanita keatas tempat tidur dan membawanya ke UGD.
Kami menunggu lama bersama, lambat laun satu per satu merekapun pulang, sampai pada akhirnya tinggal aku sendiri. Dokter keluar dari UGD dan bertanya kepadaku " Bapak Keluarganya?", "Ehm Bukan, Eh iya saya Familynya" Timpalku, "Oh ya Pak" kata Dokter lagi, "Panggil mas saja pak", kataku kembali. "Hahahaha, jadi gini mas kita tidak bisa melakukan prosedur selanjutnya jika tidak ada persetujuan dari keluarga",Kata Dokter padaku. "Oke pak gak papa, aku akan menandatangani-nya". Sejenak aku terdiam, karena bill tertera Rp. 10.000.000,- . "What?????, pak ini gak salah? cuma daging ngelupas secuil ajah sepuluh juta?", Kataku. "Benar mas itu sekalian biaya rawat inap dan obatnnya", balasnya kembali.
Dengan hati lapang aku memberanikan diri menandatangani-nya, aku tak berfikir uang dari mana akan aku dapatan namanya nanti?. yang aku tahu dia harus di operasi secepat mungkin. Tanda tangan kontrak sudah aku lakukan, kali ini dokter langsung bertindak sekitar 6 jam lebih aku menunggu, dan akhirnya wanita itupun keluar bersama dokter dan beberapa perawat, hanya senyum dari wanita tadi yang aku lihat, dalam hati sedikit berujar "Hemm, senyumnya ambigui? ini siapa yang bayar billmu nak?", tak lama aku membalas senyumnya.
Sesampainya ia diruang rawat inap, aku berjalan sekedar menanyakan keadaanya "Bagaimana keadaanmu mba?" , "Lumayan sehat mas, eh makasih yah udah tolongin aku tadi, ini aku hanya operasi jahitan di kaki ajah kok, sekali lagi makasih ya" katanya, "iya mbak gak papa", kataku. "Eh nama kamu siapa?", tanya-nya. "Aku Dony mbak", kataku "Kamu siapa mbak?" katanya, "Namaku Dinda", "Oh, Mbak Dinda?", tanyaku. "Panggil Dinda aja mas" katanya perlahan.