Rabu, 25 Januari 2017

"LAYANG-LAYANG"

Aku terbangun dari lelapku pagi ini, hari itu masih subuh sekitar jam 04.00 pagi. Aku terbangun oleh suara yang sama, suara dari corong masjid, aku membuka mataku dan melihat orang-orang di sampingku sudah memakai baju kain berwarna putih-putih, sekali lagi mereka menunaikan ibadahnya.

Aku beranjak untuk bersandar dan duduk di salah satu pilar masjid itu, akupun berdoa sesuai dengan keyakinanku untuk bersyukur karna aku telah bangun pagi ini. Aku masih bisa bangun dan menghela nafasku, udara yang cukup hangat di pagi hari tak seperti biasa seperti sebelumnya, seperti yang aku rasa dikampung halamanku.
" Selamat pagi dunia , selamat pagi kota tua Surabaya!." perkataanku pada alam sekelilingku.
Pagi-pagi buta belum banyak orang bersliweran di jalan raya, aku hanya melihat pejalan kaki, dan pedagang sayuran yang sudah lalu lalang , namun para pebisnis dan elit-elitnya belum nampak. Aku melihat suasana yang cukup memberiku semangat karena kegigihan para penjual sayuran yang bangun di pagi buta.
Aku meminjam kamar mandi masjid untuk beranjak mandi, cuci kaki dan sekedar menggosok gigi, pagi ini aku teringat saat aku pergi ke Semarang untuk menjenguk kerabat disana, aku juga pernah mengalami hal yang sama, berteduh di rumah Sang Pencipta, ya  masjid di sekitaran daerah Semarang. Kala itu aku berkunjung ke rumah kerabatku yang seorang penjaga sekolahan dan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai penjual makanan.
Ingatanku masih terngiang saat-saat aku di Semarang dan kini aku sudah berada di Surabaya, hidup ini seperti layang-layang kesana kemari tanpa adanya kepastian, terbang ditiup angin dengan keraguan.
Aku tak mau selalu hidup dengan keraguan ini, aku harus bisa memantapkan jiwaku dan melangkah maju, aku akan meraih tujuanku di kota ini..........

Jumat, 20 Januari 2017

"ARAH"

Mengapa aku selalu berfikir tentang keadaan ketika pulang?, hari mulai menunjukan pukul 3 sore, semakin lama aku berjalan dan semakin jauh aku melangkah, jauh dari rumah dan rasa nyaman.
"Kruyuk kruyuk" perutku mulai berbunyi, hari ini aku belum makan sama sekali, aku mencari warung makan yang ada di sekitar kota ini, ya kota bersejarah, kota yang jauh dari kampungku. Kota Pahlawan julukannya, disini banyak pahlawan kemerdekaan yang rela berkorban untuk negeri, persinggahanku dimulai disini dikota Surabaya,

"Pak, beli nasi.." kataku
" ada sop, lodeh, sayur asem, sampean mau yang mana?" sahutnya, "lodeh saja pak" timpalku padanya, "Iwak e Nopo mas..?", "Telor saja pak, gak pake Iwak!",
"berapa pak?..." tanyaku, " iki wolungewu mangatus (Rp 8500,- )" katanya, " makasih pak.."
dipinggir jalan ini aku berteduh, sembari aku memakannya aku melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi, aku sedikit merasa seret karna cara makanku yang tergesa-gesa, "uhuk..uhuk..uhuk"
aku tersedak , orang menyebutnya cegukan. Aku meminum air yang aku beli dari penjual di warung kopi tadi siang, aku merasa lega dan makanan ini pun aku habiskan dengan lahap.

Aku berjalan kembali sampai kedepan bangunan berbentuk kubah berlambang bulan sabit, bangunan itu bertuliskan Al-Ikhlas,
"Moggo mas..", kata orang yang akan menuju bangunan itu, ya disini langkahku terhenti di bangunan masjid. Sejenak aku menghentikan langkahku dan memandang mereka membersihkan diri. Suara itu berkumandang dari pengeras suara masjid, dan kali ini aku teringat dengan kata-kata temanku,
"Roni, hidup itu harus penuh dengan ke-ikhlasan , kata orang jawa itu 'legowo', itu sing gawe aku selalu berbisik pada tanah untuk mengadu pada-Nya yang diatas"
aku melihat orang-orang yang berbisik pada tanah , mereka bersujud kepada yang diatas. Aku mulai merenung, terkadang aku merasa iri kepada mereka yang setiap lima kali sehari berbicara pada Tuhan, aku merasa iri bukan karna kepercayaanku yang berbeda, namun karna ketaatan mereka yang begitu setia.

Aku mulai berfikir untuk beristirahat sejenak sampai esok kembali, sembari aku merenung aku beristirahat di masjid ini , meskipun aku bukan penganutnya namun aku kembali melihat kedamaian di tempat ini, kedamaian yang membuat aku melihat kemana arah manusia seharusnya, dan aku menemukan arahku yang hilang, bukan tentang arah pulang, namun arahku menuju masa dimana aku akan pergi ke keabadian kelak.

"Ah, aku akan bermalam disini sambil menunggu pagi". kataku dalam hati.

Kamis, 12 Januari 2017

"PULANG"

Aku selalu merindukan untuk kembali pulang.

Tempat dimana aku dapat menyandarkan punggungku, berteduh ketika terjadi hujan ataupun cuaca panas diluar ruangan, pulang ke suatu tempat dimana aku merasa lebih nyaman.

Aku masih duduk di perimpangan jalan ditempat dimana aku telah menyebrang, dari jalan ini aku membetulkan tali sepatuku yang terlepas. Aku kembali berdiri melangkahkan kaki, satu atau dua langkah menuju ke dia. Hari ini memang terasa lebih panas dari sebelumnya, "Pak Aqua-nya satu!" pintaku kepada penjual asongan di pinggir jalan, aku meneguk aqua itu aku berfikir sejenak ini bukan aqua namun ini air mineral dengan merk lain. aku tersadar dan sedikit tersenyum, aku berfikir dan berkata di dalam hati "Memang orang Indonesa, punya kebiasaan juga Indonesia banget, segala macam air mineral dibilang aqua".

"Ah, Segarnya...." rasanya seperti mendapatkan berkah yang luar biasa di siang hari terik seperti ini. Rasa syukurku kembali terusik dengan gundah ini, gundah yang selalu menghantuiku, aku kembali teringat dengan suatu tempat dimana aku ingin kesana, "Aku ingin pulang" kataku lirih. Aku selalu ingin kembali ketempat dimana aku bisa mersakan hangat dan tidak lagi khawatir dengan dunia luarku. Ya itu dia, aku ingin kembali ke suasana itu, aku bisa merasa bangga dengan diriku yang dulu, aku pernah melaluinya dimana aku merasakan tempat yang aman, nyaman, membuatku selalu tertawa, aku tak pernah berfikir kesusahan hari esok. Aku ingin pulang ke tempat itu, suatu tempat yang nyaman dan indah itu.